Yang perlu saya pahami adalah kesementaraan ini. Kesementaraan menunjukkan bahwa emosi-emosi itu bukanlah milik saya. Ia hanya sebuah tawaran dari alam yang menuntun tindakan dan sikap saya. Ia bukanlah saya. Saat gembira saya sadari kegembiraan itu. Saat sedih, saya-pun pahami kesedihan itu. Saat saya penuh dengan kesadaran akan emosi saya , saat itu saya bersentuhan dengan jiwa yang tenang milik saya.
Saya-pun mencoba menganalisis, apakah nama yang sedang saya rasakan itu?
mungkinkan itu Sabar? Saya juga belum paham, apakah teman-teman semua paham atas rasa itu?
(Gambar ini diperoleh dari internet)
Baiklah, sebut saja itu sejengkal dari yang dikatakan Sabar...
Saya mulai menganalogikan pada sebuah pohon besar yang mampu menahan terjangan badai karana memiliki batang dan akar yang kokoh. Belasan tahun diperlukan untuk menumbuhkan dan melatih kekuatan. Bulan demi bulan, hujan menguatkan jaringan kayunya. Tahun demi tahun, pohon-pohon besar lain melindungi dari terpaan hujan. Dan begitulah saya sebagai manusia yang sama-sama diberi umur dan kesempatan untuk bersabar menanti hasil dari usaha saya, dan sayapun mulai memahami pabila saya menikmatinya, saya akan mendapatkan hasilnya dengan baik.
* Saya-pun masih berusaha untuk selalu menikmati setiap usaha yang saya lakukan, tidak mempermasalahkan apakah akan ada orang yang mengakui keberhasilan usaha yang telah saya lakukan atau tidak, bagi saya sudah sebuah prestasi besar pabila saya dapat menikmatinya dengan tetap berusaha lebih dan lebih. Semoga teman-teman jua merasakan kenikmatan itu.
Terimakasih
0 komentar:
Posting Komentar